Home Nusantara Selasa, 30 Mei 2023 - 1901 WIBloading... Mataram Islam merupakan sebuah kerajaan yang pernah berkuasa sepanjang abad ke 16 sampai abad ke 18 M. Foto DOK ist A A A JAKARTA - Mataram Islam merupakan sebuah kerajaan yang pernah berkuasa sepanjang abad ke 16 sampai abad ke 18 M. Ki Ageng Pamanahan adalah sosok pemimpin pertama dan orang yang mendirikan kesultanan di tanah Jawa dari jurnal bertajuk "Sejarah Perkembangan Mataram Islam Keraton Plered", berkat keberhasilan Ki Ageng Pemanahan dalam membunuh Arya Penangsang dalam perang perebutan tahta atas Demak, membuat dirinya mendapat hadiah tanah di Mataram dari Sultan tersebutlah yang dijadikan Ki Ageng Pemanahan dan para pengikutnya membuka hutan untuk dijadikan tempat pemukiman dan menjadikan sebuah dinasti sendiri yang disebut Mataram Islam. Baca Juga Kerajaan Mataram Islam pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Kesultanan ini juga pernah dua kali menyerang VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya perdagangan Mataram IslamMasa keemasan Kesultanan Mataram terjadi pada era kepemimpinan Sultan Agung Hanyokrokusumo 1593 - 1645. Raja yang punya nama asli Raden Mas Jatmika ini naik tahta ketika masih berusia 20 dari laman Kebudayaan Jogja, Sultan Agung dikenal sebagai salah satu raja yang berhasil membawa kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada 1627, tepatnya setelah empat belas tahun Sultan Agung memimpin kerajaan Mataram Islam. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, daerah pesisir seperi Surabaya dan Madura berhasil ditaklukan. Sepanjang tahun 1913 sampai 1645, kesultanan ini aktif memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup hampir seluruh Pulau melakukan perluasan wilayah, Sultan Agung juga punya peran besar terhadap kemajuan bidang militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya,yang menjadikan peradaban kerajaan Mataram semakin maju. Baca Juga Pada era kekuasaan Sultan Agung ini juga untuk pertama kalinya ada kerajaan yang berani untuk menyerang VOC secara langsung. sejarah kerajaan mataram mataram kuno islam voc Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 10 menit yang lalu 36 menit yang lalu 37 menit yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu
SultanAgung Hanyokrokusumo (1593 - 1645) adalah raja Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645. Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Sultan Agung merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Sultan Agung naik takhta pada tahun 1613 dalam- Kerajaan Banten adalah salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah menjadi penguasa jalur pelayaran dan perdagangan. Salah satu faktor kemajuan dari Kesultanan Banten adalah posisinya yang strategis, yaitu di ujung barat Pulau Jawa, lebih tepatnya di Tanah Sunda, Provinsi Banten. Ibu kota Kesultanan Banten adalah Surosowan, Banten Lama, Kota Banten didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati pada abad ke-16. Kendati demikian, Sunan Gunung Jati tidak pernah bertindak sebagai raja. Raja pertama Kesultanan Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin, yang berkuasa antara 1552-1570 M. Sedangkan masa kejayaan Kerajaan Banten berlangsung ketika pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa 1651-1683 M. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil memajukan kekuatan politik dan angkatan perang Banten untuk melawan VOC. Hal itu pula yang kemudian mendorong Belanda melakukan politik adu domba hingga menjadi salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Banten. Baca juga Sejarah Berdirinya Kerajaan Banten Sejarah singkat Kerajaan Banten Sebelum periode Islam, Banten adalah kota penting yang masih dalam kekuasaan Pajajaran. Pada awalnya, penguasa Pajajaran bermaksud menjalin kerjasama dengan Portugis untuk membantunya dalam menghadapi orang Islam di Jawa Tengah yang telah mengambil alih kekuasaan dari tangan raja-raja bawahan Majapahit. Namun, sebelum Portugis sempat mengambil manfaat dari perjanjian dengan mendirikan pos perdagangan, pelabuhan Banten telah diduduki oleh orang-orang Islam. Sunan Gunung Jati berhasil menguasai Banten pada 1525-1526 M. Kedatangan Sunan Gunung Jati ke Banten adalah bagian dari misi Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak untuk mengusir Portugis dari nusantara. Setelah berhasil menguasai Banten, Sunan Gunung Jati segera mengambil alih pemerintahan, tetapi tidak mengangkat dirinya sebagai raja. Pada 1552 M, Sunan Gunung Jati kembali ke Cirebon dan menyerahkan Banten kepada putra keduanya, Sultan Maulana Hasanuddin. Sejak saat itu, Sultan Maulana Hasanuddin resmi diangkat sebagai raja pertama Kerajaan Banten. Baca juga Raja-Raja Kerajaan Banten Perkembangan agama Islam dan kehidupan sosial Kerajaan Banten Setelah menjadi raja, Sultan Maulana Hasanuddin melanjutkan cita-cita ayahnya untuk meluaskan pengaruh Islam di tanah Banten. Bahkan Banten mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam di nusantara, khususnya di wilayah Jawa Barat, Jakarta, Lampung, dan Sumatera Selatan. Menurut catatan sejarah Banten, sultan yang berkuasa masih keturunan Nabi Muhammad, sehingga agama Islam benar-benar menjadi pedoman rakyatnya. Meski ajaran Islam memengaruhi sebagian besar aspek kehidupan, masyarakatnya telah menjalankan praktik toleransi terhadap pemeluk agama lain. Terlebih lagi, banyak orang India, Arab, Cina, Melayu, dan Jawa yang menetap di Banten. Salah satu bukti toleransi beragama pada masa pemerintahan Kesultanan Banten adalah dibangunnya sebuah klenteng di pelabuhan Banten pada 1673 sosial masyarakat Banten semakin makmur pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Sebab, sultan sangat memerhatikan kesejahteraan rakyatnya, salah satu caranya dengan menerapkan sistem perdagangan bebas. Baca juga Kerajaan Pajajaran Berdirinya, Raja-raja, Keruntuhan, dan Peninggalan Kehidupan ekonomi Kerajaan Banten Sebelum menjadi kesultanan, Banten merupakan penghasil rempah-rempah lada yang menjadi komoditas perdagangan. Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, hal itu dimanfaatkan untuk mengembangkan Banten menjadi bandar perdagangan yang lebih besar. Setelah Sultan Maulana Yusuf berkuasa, menggantikan Maulana Hasanuddin, sektor pertanian juga dikembangkan untuk mendukung perekonomian rakyatnya. Masa kejayaan Kerajaan Banten Kerajaan Banten berhasil mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Beberapa hal yang dilakukannya untuk memajukan Kesultanan Banten di antaranya, sebagai berikut. Memajukan wilayah perdagangan Banten hingga ke bagian selatan Pulau Sumatera dan Kalimantan Banten dijadikan tempat perdagangan internasional yang memertemukan pedagang lokal dengan pedagang Eropa Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan dari kerajaan lain dan serangan pasukan Eropa Selain itu, Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai raja yang gigih menentang pendudukan VOC di Indonesia. Di bawah kekuasaannya, kekuatan politik dan angkatan perang Banten maju pesat. Baca juga Kerajaan Galuh Berdirinya, Raja-raja, dan Peninggalan Kemunduran Kerajaan Banten Kegigihan Sultan Ageng Tirtayasa dalam melawan VOC mendorong Belanda melakukan politik adu domba. Politik adu domba ditujukan kepada Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya, Sultan Haji, yang kala itu sedang terlibat konflik. Siasat VOC pun berhasil, hingga Sultan Haji mau bekerjasama dengan Belanda demi meruntuhkan kekuasaan ayahnya. Pada 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjara sehingga harus menyerahkan kekuasaannya kepada putranya. Penangkapan Sultan Ageng Tirtayasa menjadi tanda berkibarnya kekuasaan VOC di Banten. Meski Sultan Abu Nashar Abdul Qahar atau Sultan Haji diangkat menjadi raja, tetapi pengangkatan tersebut disertai beberapa persyaratan yang tertuang dalam Perjanjian Banten. Sejak saat itu, Kesultanan Banten tidak lagi memiliki kedaulatan dan penderitaan rakyat semakin berat. Dengan kondisi demikian, sangat wajar apabila masa pemerintahan Sultan Haji dan sultan-sultan setelahnya terus diwarnai banyak kerusuhan, pemberontakan, dan kekacauan di segala bidang. Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC berlangsung hingga awal abad ke-19. Untuk mengatasi hal itu, pada 1809 Gubernur Jenderal Daendels menghapus Kesultanan Banten. Peninggalan Kerajaan Banten Masjid Agung Banten Masjid Kasunyatan Benteng Keraton Surosowan Masjid Pacinan Benteng Speelwijk Referensi Amarseto, Binuko. 2017. Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta Relasi Inti Media. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
KesultananGowa-Tallo mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin atau yang Sementara perkembangan kerajaan di bidang sosial masa pemerintahan Sultan Hasanudin adalah memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam sehingga banyak murid yang belajar agama Islam ke Banten. Sultan Hasanuddin adalah sosok raja yang sangat
- Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo dimulai dari masa pra-Islam hingga masa Islam. Kerajaan yang berpusat di Makassar ini mengalami masa kejayaan di era pemerintahan Sultan Hasanuddin 1653-1669 M.Pada awalnya, Gowa-Tallo bukanlah kerajaan yang menganut kepercayaan Islam. Namun, pertama-tama disebut sebagai Kerajaan Gowa yang dikenal sebagai periode Gowa-Tallo pra-Islam. Pada perkembangannya, Kerajaan Gowa terpecah menjadi dua kekuasaan ketika terjadi perang saudara antara kedua anak Tonatangka Lopi 1420-1445 M. Putra-putranya yang bernama Batara Gowa dan Karaeng Loe Ri Sero saling berseteru merebut jabatan raja catatan William dalam “Islam, Empire and Makassarese Historiography in the Reign of Sultan Alauddin 1593-1639” yang termuat di Journal of Southeast Asian Studies 2007, terungkap bahwa Batara Gowa ketika itu berhasil memenangkan konflik. Kendati kalah, Karaeng Lo akhirnya mendirikan kerajaan sendiri dengan nama Tallo. Pertikaian pun mereda hingga akhirnya menjadi satu kesatuan kembali dengan nama Kerajaan Gowa-Tallo. Perjalanan Gowa-Tallo menjadi kesultanan dimulai sejak akhir abad ke-16. Pemimpin-pemimpin yang sebelumnya hanya disebut raja, setelah masa ini diberi dengan gelar Sultan. Nama gelar raja Islam pertamanya adalah Sultan Alauddin I yang memimpin sejak 1593 hingga 1639 M. Sedangkan masa kejayaannya, baru dirasakan ketika Sultan Hasannudin mengepalai sebagai raja ketiga, yakni pada 1653 sampai 1669 M. Masa Kejayaan Era Sultan HasanuddinKejayaan Gowa-Tallo masa Islam terjadi pada era Sultan Hasanuddin atau biasa disebut Ayam Jantan dari Timur. Pada masa pemerintahannya, Gowa-Tallo punya peran besar dalam aktivitas perdagangan di seantero Nusantara, lebih tepatnya bagian timur. Seperti dijelaskan dalam materi pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X 20209 karya Mariana, terungkap bahwa kehidupan ekonomi Gowa-Tallo ketika itu mengandalkan sistem kelautan. Kesultanan ini bukan hanya menjadi pusat perdagangan Nusantara, namun juga masyarakat internasional seperti Portugis, Inggris, dan Denmark. Melihat kemajuan Gowa-Tallo, pihak Belanda yang ketika itu dikenal dengan nama VOC, ternyata tertarik untuk merebut kekuasaan kerajaan Islam ini di tanah Timur. Seperti yang dicatat Mariana, Belanda akhirnya berseteru dengan Sultan Hasanuddin beserta pasukannya. Perseteruan ini menimbulkan peperangan-peperangan di sekitar Sulawesi Selatan. Sedangkan masa berakhirnya pertempuran, disimbolkan pada 1667, tepat ketika diadakannya sebuah Perjanjian Bongaya. Menurut Agus Supangat dalam Sejarah Maritim Indonesia 2006, perjanjian yang telah digelar ini menghasilkan beberapa keputusan yang merugikan pihak Sultan Hasanuddin dan para rakyatnya. Diantaranya isi perjanjian tersebut adalah VOC memaksa Gowa-Tallo untuk menerima hak monopoli dalam perdagangan di Timur, seluruh bangsa BHaarat musti pergi dari Gowa terkecuali Belanda, dan Gowa diwajibkan menebus denda perang yang selama ini terjadi. Perlawanan dari Sultan Hasannudin pun muncul lagi di tahun-tahun berikutnya, namun tidak mendapatkan hasil terbaik sehingga VOC tetap mendominasi wilayah Makassar. Cikal bakal runtuhnya Gowa-Tallo diklaim karena adanya perjanjian tersebut, terlebih lagi ketika Sultan Hasannudin selaku kepalanya meninggal dunia pada 12 Juni 1670. - Pendidikan Kontributor Yuda PrinadaPenulis Yuda PrinadaEditor Agung DH ai0p.